IKHWANnul MUSLIMINnawalMUSLIMAT

Sabtu, 7 April 2012

TERSESAT DIJALAN YANG LURUS OLEH DABLO DOVER

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم



(Salam, satu catatan lagi oleh IKHWAN INDRA SYAHPUTRA yang sinonim dengan nama DABLO DOVER ini! Insyaalah, ana akan ke Medan dalam tempoh terdekat ini, sebagai pengkagum kepada tulisannya berharap sangat dapat bertemu dengan beliau. Sesungguhnya orang Mukmin itu bersaudara dan SATU bersama KALAMULLAH yang dibaca dan disampaikannya. Tulisan beliau dipetik terus adalah dengan izinnya tanpa alih bahasa. Alhamdulillah)



Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu,

di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan

di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.

Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil, dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang bathil. [40:78]



Tidak hanya kita, awal mulanya anak-anak kita juga mendapat pengajaran dari orang tua, kemudian bekal itu dikembangkan di Taman Kanak (TK), ada yang langsung ke Sekolah Dasar (SD), lalu berlanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA-K), dan setelah itu keperguruan tinggi (Univesitas) terserah apa namanya. Dari paket-paket pendidikan ini kita dan anak-anak kita ditempah untuk memahami urutan para Nabi (pembawa berita), di mana menurut hitungannya para pembawa berita itu terbatas cuma sampai angka 25 (duapuluh lima), diawali dari Adam hingga diakhiri oleh Muhammad bin Abdullah.



Herannya mengenai hal ini Al Qur’an tidak memuat batas jumlah para Nabi, jelasnya Al Qur’an tidak memberi informasi mengenai anak Abadullah suami Hadijah itu sebagai nabi terakhir. Al Qur’an hanya memberitakan bahwa yang menutup kenabian adalah Pesuruh (Rasul) Allah, dan yang mengemban tugas ini sudah pasti “terpuji” kata terpuji ini dalam bahasa Arab berbunyi “Muhammad” Akan menjadi lebih terpuji karena orang ini berani memberitakan Al Qur’an keseluruh dunia, walaupun umat manusia mengaku telah memeluk satu nama agama yang didapati dari garis keturunan.



Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,

tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi,

dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. [33:40]



Tidak selarasnya paket pendidikan selama ini dengan Al Qur’an menguatkan bukti bahwa kegiatan manipulasi informasi sejak lama telah dilakukan, demi menyempurnakan dogma yang kemudian disebarluaskan untuk menggeser originalitas akidah dari mata pandang setiap pemeluknya, terlepas apa pun nama agamanya. Suksesnya misi tersebut dapat dirasakan ketika masyarakat bumi yang hidup saat ini sepakat untuk mengatakan “tidak ada lagi rasul” yang akan diutus Allah kemuka bumi.



Argumen ini memiliki akar yang cukup kuat, kelahirannya pun seiring dengan penurunan wahyu sejak pertama kalinya. Kebanyakan masyarakat yang terlanjur menjadi konsumen argumen klasik ini akan heran, atau bisa jadi shock ketika mendengar kabar dari si pembawa berita. Akibatnya keheranan tingkat tinggi itu berputar di dalam kepala masing-masing dan berubah menjadi sikap skeptis. Pertama sekali mereka ragu dengan berita besar yang dikabarkan, kemudian mereka menjadi lebih ragu pada keyakinan yang selama ini mereka anut dari garis keturunan itu.



Keraguan demikian tercipta atas penjelasan yang cukup terang dari berita yang dikumandangkan oleh si pembawanya (Nabi), di mana autentisitas berita tersebut bersumber dari kitab suci yang selama ini mereka baca. Walau pun demikian sunatullah tetap akan berlaku, sebagaimana Al Qur’an (Kitab Suci) telah menjelaskan.



Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya,

supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.

Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki,

dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki.

dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. [4:58]



“Setipis kulit bawang,” mungkin ini kalimat yang tepat untuk memaknai perbedaan antara orang-orang tersesat dengan yang mendapat petunjuk. Siapa saja yang menolak kehadiran si pembawa berita akan mengeluarkan fonis sesat kepada orang tersebut termasuk siapa saja yang percaya kepadanya. Sementara bukti kuat menjelaskan bahwa kehadiran orang yang menerangkan dengan jelaskan itu adalah sebagai filter atas kesunguhan serta ketulusan setiap manusia yang mengaku beriman (percaya) pada Allah. Artinya Al Qur’an memberitakan bahwa sesungguhnya orang-oarang sesat dihadapan Allah adalah setiap orang yang bertungkuslumus menolak dan menentang kehadiran orang yang menjelaskan, karena beliau adalah pesuruh (Rasul) Allah



Jika diperhatikan hal ini adalah bentuk kebijaksanaan dan kekuasaan Allah, karena Allah tidak membedakan derajat antara orang maksiat dengan orang ta’at, siapa saja yang berani menolak utusanNya adalah tersesat, begitu juga sebaliknya, baik dengan suka atau pun terpakas siapa saja yang menerima dan mengikuti utusNya maka sempurnalah ia menjadi orang yang beragama.



Katakanlah: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)

yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allahdan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling

maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang

yang berserah diri (kepada Allah). [3:64]



Hai ahli kitab, Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul kami, menjelaskan (syari'at kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [5:19]



Orang-orang yang memilih kesesatan akan lebih keras menyuarakan bahwa si pembawa berita dan orang-orang yang mengikutinya adalah sesat. Selain menggunakan slogan yang bermutan fitnah mereka juga cendrung mengunakan fisik, sudah barang tentu muatannya adalah niat untuk mecederai. Tidak cukup dengan itu, orang-orang tersesat ini juga ingin sekali menjerat si pembawa berita dengan hukum negara yang dianggap berlaku, walau sebenarnya itu bukan acaman baginya.



Seperti itulah sikap dan perlakuan Fir’aun kepada Musa, Abu Jahal kepada Muhamad bin Abdullah, para pemuka agama dan Raja Roma kepada Isa putra Maryam, dan perlakuan serupa itu telah diterapkan oleh Dajjal di masa sekarang ini.



Namun demikian si pembawa berita akan tetap meletakan senyum dibibir, menyadari bahwa begitu sulitnya untuk membawa manusia agar segera hijarah dari keyakinan nenek moyang menuju kepada keyakinan yang sesungguhnya disisi Allah.



Sambil merendahkan hati sembari berbisik “Ya, memang saat ini aku sedang tersesat, di jalan yang lurus.”



Salam,

DABLO DOVER, konvigurasi yang sulit diterima,

dianggap tidak pantas hadir dalam peradaban hari ini.

Medan, SUMUT, Indonesia