IKHWANnul MUSLIMINnawalMUSLIMAT

Isnin, 22 Disember 2014

'ORANG TUA DAN ANAK'

 بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

AL- QUR’AN : ORANG TUA DAN ANAK

Semua manusia yang terlahir ke alam dunia ini pasti mempunyai perantara, dia tidak mungkin lahir atau muncul secara tiba-tiba ke alam dunia ini, kecuali Nabi Adam as. Kedua orang tua (ayah dan ibu) adalah perantara seorang anak untuk hadir ke dunia ini. Untuk terjadinya seorang anak dalam kandungan seorang ibu diperlukan beberapa faktor, di antaranya seorang ibu harus mempunyai benih telur yang sehat dalam rahimnya. Kemudian tidak hanya itu, telur yang ada di rahim ibu itu juga harus dibuahi sperma dari seorang lelaki (ayah), kecuali Nabi Isa as. Secara umum semua manusia yang terlahir ke alam dunia ini dikarenakan terjadinya percampuran antara sel telur seorang ibu dan sperma dari seorang ayah. Setelah sperma membuahi sel telur maka terjadilah ‘alaqah (darah yang menempel dalam rahim) lalu berkembang menjadi segumpal daging, kemudian segumpal daging itu berubah menjadi tulang belulang setelah itu tulang belulang itupun dibungkus kembali dengan daging, kemudian jadilah la embrio seorang manusia yang siap terlahir ke dunia ketika sudah sampai pada masa yang ditentukan.

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al¬Mukminuun [23]: 14)

Demikianlah proses penciptaan jasad manusia melalui Firman Allah dalam KitabNya, namun manusia tidak hanya tercipta dari unsur jasad (ragawi) yang berasal dari sari pati tanah vang menjadi sperma dan sel telur akan tetapi manusia mempunyai satu unsur lagi yaitu unsur rohani yang berasal dari Ruh Tuhan itu sendiri.

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. as-Sajdah [32]: 9)

Sempurnalah la menjadi seorang manusia ketika ia mempunyai unsur jasad yang ia warisi dari orang tua genetiknya dan unsur ruh yang ditiupkan oleh Tuhan itu sendiri. Karena manusia makhluk Allah yang tercipta dari unsur jasad yang bersifat fisik dan nyata dan unsur ruh yang bersifat metafisik atau ghaib maka yang dikatakan sebagai orang tuanya pun tidak terbatas pada orang tua genetiknya saja. Akan tetapi di samping orang tua yang membentuk jasadnya dia juga mempunyai orang tua yang membentuk jiwanya (ideologinya), orang tua seperti ini penulis sebut dengan orang tua jiwa (ayah jiwa @ bapak jiwa) atau guru spiritual yang mengajarkan kepadanya tentang Tuhan (kebenaran sejati).

Dalam Tafsir Fathul Bayan juga disebutkan seorang Nabi adalah ayah (orang tua) bagi umatnya. Nabi juga bersabda dalam kumpulan hadis al-Jaml’us Soghir Pasal Alif halaman 103, artinya:

Sesungguhnya aku bagi kamu menempati kedudukan sebagai bapak.

Berdasarkan Hadis tersebut jelaslah bagi kita bahwa Nabi dikatakan sebagai orang tua bagi umatnya karena Nabi adalah guru spiritual yang mengajarkan dan mengenalkan Tuhan kepada umatnya. Bahkan dalam ajaran Islam; orang, genetik (jasad) dengan anak genetiknya tidak dapat saling memberi syafaat bila salah satu di antara keduanya ada yang kafir. Sebagai contoh Nabi Nuh as dia mempunyai anak genetik yang bernama Kan’an, tetapi Kan’an bukan termasuk orang yang beriman kepada Nuh sebagai Rosul Allah, maka betapa sayangnyapun Nuh kepada Kan’an karena Kan’an anak biologisnya tetapi menurut pandangan Allah, Kan’an bukanlah termasuk anak Nabi Nuh as, karena anak-anak Nuh yang sesungguhnya adalah orang-orang yang mau beriman dan mengikuti ajaran Nuh meskipun bukan dari keturunan biologis Nabi Nuh as.

Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik, sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan. (Q.S. Hud [11]:45-46)

Kemudian mari kita lihat kembali kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an. Ibrahim adalah anak seorang pembuat dan penyembah berhala, yang bernama Azar. Meskipun Ibrahim secara biologis (genetik) anak dari pembuat dan penyembah berhala akan tetapi Ibrahim tidak mewarisi ideologi (ajaran) bapaknya yang menyembah berhala akan tetapi justru Ibrahim bertolak belakang dengan bapaknya, dia malah menjadi hamba dan Rosul Allah.

Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”. Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”. Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya’qub. dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi. (Q.S. Maryam [19]:41-49)

Berdasarkan Firman Allah yang penulis sampaikan di atas, jelaslah bagi kita orang tua yang sesungguhnya adalah yang mengajari dan membimbing kita ke jalan Tuhan; demikian itulah orang tua jiwa (ayah jiwa @ bapak jiwa), dan anak yang sesungguhnya adalah anak yang patuh dan mau mengikuti semua perintah orang tua jiwanya; demikian itulah sebagai anak jiwa. Boleh saja menepati dari orang tua dan anak jasad (genetic) itu sebagai orang tua jiwa dan anak jiwa sekiranya kedua mereka berada diatas landasan agama yang disisi ALLAH. 

Namun meskipun orang tua jasad (genetik) ada yang tidak mengenal Allah sehingga ia pun tidak bisa membimbing anaknya ke jalan Allah dan mungkin malah memerintahkan anaknya untuk mempersekutukan Allah, sikap seorang Muslim menurut al-Qur’an harus tetap sopan kepadanya tetapi tidak perlu mematuhinya.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Luqman [31]:14-15)

Nota : Tulisan diatas adalah dipetik dari www.pemimpin-islam.blogspot.com  Terima kasih kepada Ikhwan Eko Hariyanto. Wassalam

Tiada ulasan: